WHO Sebut Gaya Kerja Jarak Jauh Bisa Berdampak Buruk Untuk Kesejajaran Pekerja

Gaya kerja virtual atau remote working menyebut Gaya kerja jarak jauh bisa berdampak Ke Kesejajaran pekerja. Foto/SINDOnews

JAKARTA – Gaya kerja virtual atau remote working telah menjadi Trend Populer yang Lebihterus populer beberapa tahun ini. Gaya tersebut Diprioritaskan Sesudah wabah Covid-19 yang membiasakan perusahaan Sebagai menerapkan model kerja jarak jauh.

Sebelumnya Wabah Internasional Covid-19, kerja virtual hanyalah sebuah fasilitas tambahan. Tetapi Pada ini perusahaan-perusahaan mau tidak mau Memperkenalkan sejumlah Ilmu Pengetahuan yang memfasilitasi karyawannya Sebagai dapat bekerja secara jarak jauh. Sebut saja Zoom, Google Meet, Teams dan lain-lain.

Gaya kerja virtual sebenarnya mendatangkan banyak manfaat termasuk fleksibilitas waktu, penghematan biaya operasional, dan peningkatan produktivitas. Tetapi Ke balik manfaat tersebut, model kerja ini juga tak lepas Di sejumlah tantangan mulai Di kesenjangan akses Ilmu Pengetahuan, masalah komunikasi dan kolaborasi hingga Kesejajaran mental. Selain mampu mengaplikasikannya, para pekerja Pada ini juga harus dituntut bijak menggunakan Ilmu Pengetahuan.

Malahan WHO atau Organisasi Kesejajaran Dunia menyebut para pekerja jarak jauh atau Di Rumah Ke seluruh dunia Berencana Merasakan rasa lelah, secara fisik dan psikis. WHO menyebut model kerja Di Rumah dapat menciptakan Kebugaran berbahaya, yakni berdampak buruk Untuk Kesejajaran karyawan. Ini terjadi bila perusahaan dan karyawan tidak secara kolektif mengelola cara kerja jarak jauh.

Hal itu terungkap Di webinar Obral Obrol Literasi Ditigal (OOTD) bertajuk “Gaya Kerja Virtual (Remote Workoing)” yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Manfaat Gaya ini dapat dirasakan Dari kedua pihak, baik karyawan maupun perusahaan.

Ke sisi karyawan, manfaat Gaya ini yaitu dapat kerja Ke mana saja. Mereka tidak harus pergi Hingga kantor, tidak perlu harus membuang banyak waktu Sebagai pulang pergi Hingga kantor, Ke Di Itu seorang karyawan juga dapat menghabiskan waktu lebih banyak Di keluarga. “Sebagai working mom dia bisa bekerja sambil mengurus anak,” ujar Manager Glints Indonesia Noor Laily Alviani, Sabtu (27/7/2024).

Yang sangat terasa Di Gaya kerja ini adalah, Di pekerjaan dan kehidupan dapat berjalan seimbang. Sedangkan manfaat Di sisi perusahaan Ke antaranya dapat menghemat biaya operasional. Pasalnya perusahaan Pada ini bisa saja tidak perlu menyediakan kantor Sebagai mencakup semua orang. Ke Di Itu perusahaan juga dapat merekrut karyawan Di mana saja baik Di luar kota, maupun luar negeri.

“Perusahaan Dari Sebab Itu dapat lebih banyak melirik potensi-portensi sumber daya manusia tanpa harus terhalang faktor geologis,” jelas Noor.

Tetapi, waktu yang fleksibel juga dapat berdampak buruk Untuk pekerja yang terlena atas kenyamanan pola kerja jarak jauh. Para pekerja kerap lupa Sebagai membedakan waktu sebagai pekerja dan Pada-Pada menjalani hidup sebagai Komunitas biasa. Hal ini tentunya berpengaruh Di Standar kerja seseorang.

Ketika pekerjaan dilakukan Di Rumah, seseorang bisa saja sulit Sebagai menjaga pemisahan yang jelas Di pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, Tekanan, dan penurunan produktivitas.

“Sebagai dapat membedakan kita harus dapat membuat jadwal sendiri kapan kita harus bekerja, kapan kita menjadi Komunitas biasa,” ujar Konten Kreator, Nur Eliana Rosyadah.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: WHO Sebut Gaya Kerja Jarak Jauh Bisa Berdampak Buruk Untuk Kesejajaran Pekerja