Pelemahan Nilai Mata Uang Uang Negara Indonesia Di dollar AS berdampak langsung Di Kepuasan fiskal dan harga energi Ke Untuk negeri. FOTO/Ilustrasi
Untuk kajiannya mengenai dampak pelemahan Uang Negara Indonesia Di Kepuasan fiskal dan harga energi, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, Sebagai APBN 2024, setiap pelemahan Uang Negara Indonesia sebesar Rp100 per USD Berpotensi Sebagai Meningkatkan pendapatan Negeri Di Rp4 triliun. Tapi Ke sisi lain, pelemahan tersebut Memiliki konsekuensi meningkatnya belanja Negeri Di Rp10,20 triliun.
“Artinya, setiap pelemahan Uang Negara Indonesia sebesar Rp100 per USD Berpotensi Sebagai Meningkatkan defisit APBN Di Rp6,20 triliun,” ungkapnya Untuk catatan yang diterima SINDOnews, Jumat (28/6/2024).
Selain pelemahan Uang Negara Indonesia, lanjut dia, peningkatan harga Migas Indonesia (ICP) juga Menyediakan dampak negatif Di Kepuasan fiskal. Setiap peningkatan harga Migas sebesar USD1 per barel menurutnya Berpotensi Sebagai Meningkatkan pendapatan Negeri Di Rp3,6 triliun. Berencana tetapi, peningkatan tersebut Menyediakan dampak Di meningkatnya belanja Negeri Di Rp10,10 triliun. Hal itu berarti setiap peningkatan harga Migas sebesar USD1 per barel Berpotensi Sebagai Meningkatkan defisit APBN 2024 Di Rp6,50 triliun.
Lebih Jelas Komaidi mengatakan, Aturan moneter ketat yang diberlakukan Didalam sejumlah Negeri, pelemahan Uang Negara Indonesia, dan kecenderungan peningkatan harga Migas Menyediakan dampak Di kinerja APBN 2024. Sampai Didalam kuartal I-2024, pendapatan Negeri dilaporkan lebih rendah dibandingkan periode yang sama Di tahun Sebelumnya.
Sambil, belanja Negeri justru lebih tinggi dibandingkan tahun Sebelumnya. Sampai Didalam kuartal I-2024, pendapatan Negeri dilaporkan Di 7,57 % lebih rendah dibandingkan kuartal I-2023. Penerimaan Iuran Wajib dilaporkan turun 9,29% dan penerimaan Negeri bukan Iuran Wajib (PNBP) dilaporkan turun 6,69 %. Ke Pada lain, realisasi belanja Negeri baik Sebagai pemerintah pusat dan Pindah Ke Area Di periode yang sama justru dilaporkan lebih tinggi dibandingkan tahun Sebelumnya.
Komaidi menegaskan, pelemahan Uang Negara Indonesia dan/atau peningkatan harga Migas (ICP) Menyediakan dampak langsung Di meningkatnya biaya pengadaan energi, baik listrik, BBM, dan gas Ke Indonesia. Peningkatan biaya pengadaan energi itu dapat disebabkan Lantaran meningkatnya harga bahan baku dan/atau akibat selisih kurs Uang Negara Indonesia.
Berdasarkan simulasi keterkaitan Di biaya pengadaan BBM Didalam harga Migas mentah dan Nilai Mata Uang Uang Negara Indonesia, jelas dia, ditemukan bahwa setiap peningkatan harga Migas mentah sebesar USD1 per barel Berencana Meningkatkan biaya pengadaan BBM Di Rp150 per liter. Sambil, setiap pelemahan Uang Negara Indonesia sebesar Rp100 per USD, Berencana Meningkatkan biaya pengadaan BBM Di Rp100 per liter.
“Berdasarkan data, rata-rata realisasi kurs Ditengah Bank Indonesia Pada 1 Januari-26 Juni 2024 adalah Rp15.892 per USD atau lebih tinggi Rp892 per USD dibandingkan asumsi APBN 2024. Jika mengacu Di hasil simulasi itu, pelemahan Uang Negara Indonesia tersebut Menyediakan dampak Di meningkatnya biaya pengadaan BBM Di Rp705 Sebagai setiap liternya,” cetusnya. Komaidimenambahkan, peningkatan biaya pengadaan BBM Berencana lebih besar lagi jika memperhitungkan realisasi rata-rata ICP Di periode yang sama tercatat lebih tinggi dibandingkan asumsi APBN 2024.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Uang Negara Indonesia Terus Melemah, Ini Dampaknya Ke Kepuasan Fiskal dan Harga Energi