Ciamis –
Di Situs Astana Gede, Ciamis ada satu batu ‘sakti’ yang punya mitos tersendiri. Siapa bisa mengangkat batu itu, keinginannya Berencana terkabul. Bagaimana kisahnya?
Situs yang berada Di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis itu menyimpan sejumlah prasasti dan peninggalan sejarah Kerajaan Galuh. Salah satunya adalah Batu Palinggih.
Konon batu tersebut digunakan Sebagai melantik para Raja Galuh Di memerintah Di Area Kawali. Batu Palinggih atau juga Batu Korsi merupakan peninggalan Kerajaan Galuh yang paling besar Di Di prasasti yang lain.
Bentuknya panjang dan pipih. Di Pada tengahnya, terdapat batu yang berdiri sebagai sandaran raja Di menjalani prosesi pelantikan.
Letak Batu Palinggih berada Di Pada Ditengah Situs Astana Gede paling awal Di Di prasasti lainnya. Konon dulunya batu tersebut adalah lempengan besar, Akan Tetapi pecah Di Komunitas.
Kang Enno, Budayawan Kawali menjelaskan, Komunitas Kawali menyebut batu itu Palinggih, sedangkan secara arkeologi disebut Batu Korsi atau tempat penobatan raja.
“Karena Itu setiap Kandidat raja Di Kerajaan Galuh kalau mau dilantik duduk Di batu itu Sebagai melaksanakan prosesi pelantikan,” ujar Enno, Sabtu (15/6) akhir pekan lalu.
Enno menjelaskan, Batu Palinggih berbeda Di Singgasana. Di beberapa situs atau kabuyutan, biasanya terdapat batu Sebagai Terapi raja. Sedangkan singgasana hanya ada Di keraton.
“Situs-situs Di Galuh khususnya mempunyai batu Sebagai penobatan. Di Karangkamulyan ada, Di Bogor juga ada peninggalan Padjajaran,” ungkapnya.
Batu Palinggih itu pertama digunakan Di pelantikan Raja Galuh Prabu Ajiguna Linggawisesa Di tahun 1333. Prabu Ajiguna Linggawisesa merupakan raja pertama yang memerintah Di Kerajaan Galuh Kawali.
Sedangkan batu itu terakhir digunakan Sebagai Terapi Raja Prabu Jayadewata atau Komunitas menyebutnya Prabu Siliwangi.
“Karena Itu Batu Palinggih ini dipakai penobatan 7 raja. Di tahun 1333 raja pertama sampai tahun 1482 raja terakhir,” katanya.
Enno pun belum mengetahui secara pasti prosesi penobatan raja Di Batu Palinggih tersebut. Mengingat tidak disebutkan secara detail Di naskah-naskah kuno.
“Tapi yang jelas sistem pemerintahannya itu Memiliki pola Tritangtu yaitu ada Rama, Resi dan Ratu,” ungkap petugas Di Astana Gede Kawali ini.
Mitos Batu Palinggih Bisa Kabulkan Keinginan
Setiap peninggalan atau benda tertentu biasanya Memiliki cerita mitos yang melekat Di Komunitas, termasuk juga Batu Palinggih. Konon Komunitas Kawali dulu percaya apabila mampu mengangkat Batu Palinggih itu maka segala keinginannya cepat terkabul.
“Sebelumnya Astana Gede Kawali ini diresmikan Di pemerintah, dulu Komunitas Kawali mempercayai siapa saja yang Di Astana Gede dan mencoba mengangkat batu itu maka keinginannya cepat tercapai,” ucapnya.
Enno menerangkan ternyata Komunitas salah mengartikan kata diangkat Di batu itu. Padahal orang terdahulu memberitahukan diangkat itu adalah pengangkatan raja.
“Tapi itu kebanyakan salah arti, Karena Itu malah mengangkat batu tersebut. Padahal memberitahukan bahwa itu pengangkatan raja,” jelasnya.
Akibat cerita mitos tersebut, Batu Palinggih tersebut yang tadinya lempengan menjadi pecah beberapa Pada. Tapi sekarang Komunitas sudah tidak ada lagi yang mencoba mengangkat batu itu Setelahnya dijaga dan dilindungi pemerintah.
“Awalnya batu itu satu lempengan tapi terbelah-belah. Mitos memang ada sisi baik dan sisi buruk. Sekarang urang yang datang Di sini didampingi, dipandu dan dijelaskan. Kalau Di Sunda itu jangan langsung menyimpulkan Lantaran leluhur kita memakai bahasa-bahasa sastra Karena Itu harus dibedah dahulu,” pungkasnya.
——–
Artikel ini telah naik Di detikJabar.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Siapa Bisa Angkat Batu Di Ciamis Ini, Keinginannya Berencana Terkabul