Diwanti-wanti Ilmuwan, Ini Tanda Kena ‘Brain Rot’ gegara Konten TikTok-Reels

Jakarta

Konten singkat dan adiktif Ke media sosial membuat sejumlah User betah berlama-lama scrolling hingga hitungan jam, Malahan seharian tanpa henti. Sayangnya, kebiasaan tersebut bisa mengarah Ke ‘brain rot’. Istilah kalimat populer yang ditetapkan Oxford University Press sebagai Word of the Year 2024 Bersama definisi penurunan kognitif imbas kebiasaan scroll media sosial.

Para pakar menemukan mereka yang terbiasa scroll media sosial tanpa henti, Merasakan kecanduan terus menonton video pendek yang berujung mengubah cara kerja otak dan mengganggu cara pengambilan keputusan. Hal ini juga sejalan Bersama beberapa Kajian termasuk yang diterbitkan Ke jurnal NeuroImage.

Psikolog Artika Mulyaning Tyas, S.Psi, M.Psi, menyebut brain rot memang menyebabkan penurunan kognitif termasuk kemampuan berpikir kritis hingga daya ingat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konten yang paling banyak berpengaruh Ke Situasi brain rot adalah konten receh seperti lelucon, tantangan ekstrem, dan video pendek lain.



Mengapa Medsos Bisa Picu Kerusakan Otak?

“Media sosial bagaikan pedang bermata dua. Ke satu sisi, media sosial menyediakan akses informasi dan Pembelajaran, tetapi Ke sisi lain, penggunaan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif. Konten yang hanya Berorientasi Ke hiburan instan membuat otak terbiasa Bersama stimulus cepat tanpa tantangan berpikir mendalam,” tuturnya Di keterangan tertulis, dikutip detikcom Jumat (5/12/2025).

Berikut tiga hal yang terjadi Di seseorang terkena efek brain rot:

Gangguan Kognitif

Penurunan daya ingat dan kesulitan Di pengambilan keputusan. Kurangnya kemampuan berpikir analitis dan pemecahan masalah.

Gangguan Emosional

Peningkatan Beban dan kecemasan akibat paparan informasi yang tidak sehat. Ketergantungan Ke media sosial sebagai bentuk pelarian.

Dampak Sosial

Pengurangan Keterlibatan sosial yang bermakna. Ketidakmampuan Bagi menyelesaikan konflik secara efektif Lewat komunikasi.

Bagaimana Mencegah Kerusakan Otak?

Bagi menghindari dampak negatif brain rot, Artika menekankan perlu mengelola penggunaan media sosial Bersama bijak. Berikut beberapa langkah yang disebutnya dapat dilakukan:

Pertama, membatasi penggunaan media sosial. Para ahli menyarankan agar konsumsi media sosial tidak melebihi 1-1,5 jam per hari.

Kedua, memilih konten berkualitas, Merasakan informasi Di sumber terpercaya dan Memangkas paparan konten yang murni hiburan.

Ketiga, melatih Kemahiran berpikir kritis. Menyusun kebiasaan seperti membaca artikel, terlibat Di diskusi mendalam, atau kembali mencerna informasi yang diterima.

Keempat, Meningkatkan Keterlibatan sosial Ke dunia nyata. “Habiskan lebih banyak waktu Bagi berinteraksi langsung Bersama keluarga dan teman,” saran dia.

Ciri-ciri Merasakan brain rot:

Jika seseorang mulai kesulitan berkonsentrasi, sering lupa, atau Merasakan kecemasan berlebihan akibat media sosial, Bisa Jadi sudah saatnya Bagi Memangkas konsumsi konten digital dan mencari Pemberian profesional.

“Ke Indonesia, layanan psikologis tersedia Ke berbagai fasilitas Kesejaganan, menawarkan konsultasi Bagi anak-anak, remaja, dan dewasa. Jika membutuhkan Pemberian segera, hotline Healing 119 juga tersedia Bagi Pemberian awal,” beber dia.

Perlu dicatat, brain rot bukan sekadar Gaya media sosial, melainkan Kejadian Luar Biasa nyata yang memengaruhi Kesejaganan mental dan kognitif.

“Bersama menggunakan media sosial secara bijak dan memperhatikan konten yang kita konsumsi, kita dapat mencegah dampak negatifnya dan menjaga Kesejaganan otak kita Ke era digital ini,” pungkasnya.

Halaman 2 Di 2

(naf/kna)


Otak lemot gegara Video Pendek

2 Konten

Konten singkat Ke media sosial membuat sejumlah User betah crolling hingga hitungan jam, Malahan seharian tanpa henti. Kebiasaan tersebut bisa mengarah Ke ‘brain rot’.

Konten Lanjutnya

Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya


Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Diwanti-wanti Ilmuwan, Ini Tanda Kena ‘Brain Rot’ gegara Konten TikTok-Reels