Wisata  

Cerita Gowes Soliter Ke Umur 60: Candi Borobudur-Imogiri-Jakarta



Jakarta

Seorang kawan baik mengajak gowes Bersama Komunitas Al Mukhlisun Ke Perumaha Griya Depok Asri, Jabar. Saya oke Lantaran kepingin gowes melipir Ke Disekitar Candi Borobudur Ke Magelang, sampai nanti keliling Ke seputar Imogiri, Yogyakarta.

“Kita carter bis sampai Magelang dan Jogja (PP). Sepeda dimasukan Ke Di bis yang Akansegera dibongkar setengah Di kapasitas tempat duduknya”. Begitu ajakannya. Memikat sekali.

Tadinya mau pakai sepeda lipat (seli), tapi tidak Karena Itu. Tidak juga Bersama Road bike (RB), sebab saya tes posisi Kantong Ke sadel Ke sepedanya Sebagai membawa perlengkapan perjalanan, tidak nyaman dudukannya.


Dari beberapa kali dicoba memang hasilnya belum pernah sukses saya mengemas saddle bag Sebagai RB ini.

Sedangkan bawaan saya nanti Akansegera cukup banyak sebab perjalanan Akansegera diawali dulu bersama Bersama Komunitas Goweser tersebut Ke atas.

Maka, mending Bersama sepeda mountain bike (MTB) saja lebih nyaman, sebab saya mau pulang gowes soliter atau sendiri Di Jogja Ke Jakarta.

Bisa Jadi tidak istimewa juga cerita perjalanan Bersama sepeda seorang diri Ke usia 61 tahun, Disekitar tiga minggu lagi. Dan tidak penting juga Sebagai diceritakan.

Akan Tetapi yang penting adalah saya memenuhi permintaan seorang teman yang Dari beberapa bulan lalu meminta saya tuliskan Pengalaman Hidup.

Waktu itu saya dan kawan-kawan Mutakhir selesaikan perjalanan gowes Di kampus UGM Ke Bulaksumur- Yogyakarta Ke kampus UI- Depok. Gowes ini Di rangka HUT Mapala UI Ke 60.

Rutenya menggunakan peta GPX yang Ke-set menempuh jarak 660 KM, Di tiga setengah hari.

Borobudur dan Imogiri

Dimulailah perjalanan ini. Jumat dini hari seminggu yang lalu kami berangkat Di Perumahan Griya Asri Depok.

Bis big bird nyaman ditumpangi. Sempat berhenti Ishoma dua kali Ke rest area jalan tol. Tiba Ke Magelang Disekitar Maghrib.

Briefing singkat Di panitia, Lalu dilanjutkan ngopi bareng mengakhiri hari yang sangat menyenangkan.

Sehabis subuh kami mampir Ke Candi Mendut yang berjarak hanya Disekitar 200 meter Di hotel tempat kami menginap.

Tiga candi, Borobudur, Mendut dan Pawon Di satu garis lurus yang merupakan warisan Kebiasaan Global bangsa yang sangat dikenal Ke manca Bangsa, terutama sudah tentu Candi Borobudur. Sangat amat mengagumkan.

Gowes Di hotel Ke area Candi Borobudur berjarak 2 kilometeran. Cuaca pagi nan sejuk.

Sesudah itu kami melanjutkan gowes Ke Masjid Jogokariyan Jogja yang Memiliki kamar Sebagai disewakan juga Ke jamaah yang berminat.

Jarak Di Borobudur Ke Jogja 40 km-an. Diawali rute yang lumayan naik turun (rolling). Lumrah, beberapa teman keram kakinya.

Perjalanan diselingi Bersama makan durian dan makan siang Ke resto yang lezat, rekomendasi Di teman SMA yang sekarang bertempat tinggal Ke Jogja dan menjemput kami bersama bergowes ria Di Magelang Ke Jogja.

Pak T dan Pak Andang sebagai marshall atau ride captain (RC) sudah sangat mengenal jalur gowes Ke seputar Jogja ini.

Esok harinya kami gowes seputar Imogiri. Suasana kental pedesaan Bersama persawahan menghijau. Sungai dan lereng gunung.

Ke beberapa titik Ke kejauhan ada suara Peluit Hakim Laga para Manajer burung Lagi melatih agar jinak burung-burung elang yang prosesnya sangat mengagumkan.

Konon burung emprit, walet dan burung-burung kecil juga bisa dilatih. Anehnya burung-burung itu hanya bisa lulut atau menurut Di jangka waktu tiga bulan saja, Sesudah itu mereka liar lagi.

Begitu penjelasan Pak Andang yang sangat ramah dan komunikatif serta merupakan anak sulung Di Pengarang cerita yang sangat kondang Ke masanya yaitu SH Mintardja.

Buah karya beliau menjadi legenda hingga kini. Sebut saja Di lain “Api Ke Bukit Menoreh”, “Nagasasra dan Sabukinten”, dan seterusnya.

Masjid Jogokariyan Ke DIY menerapkan Konsep saldo kas mesjid nol Uang Negara Indonesia yang sangat viral. Pengelolaan masjid dan Lini-lini usahanya sangat memadai Agar menjadi model banyak masjid lainnya.

Masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang selalu banyak dikunjungi Dari pelancong atau jemaah. Berkah Untuk Kelompok sekitarnya.

Foto: gowes soliter (Istimewa)

Gowes Soliter

Berpisah Bersama para sahabat Ke resto khas yang menyajikan ayam ingkung Ke Imogiri, lusanya saya lanjut gowes sendiri Ke Jakarta.

Berbekal peta GPX berangkat pukul 05.30 WIB pagi saya segera meluncur Ke arah Bantul menyusur selatan melewati Purworejo dan Purwokerto.

Di sini nanti Mutakhir mengarah Ke utara Ke Tegal, Slawi sampai Cirebon, Sebelumnya lanjut Ke Jakarta Melewati Pantura.

Hari pertama berjalan baik. Bermalam Ke Gombong Di hampir Maghrib saya mencari penginapan Ke Disekitar pasar Gombong, Hotel Permata. Fasilitasnya cukup bagus.

Kamar standar ber-AC dan ada TV pula. Makan malam Ke restoran sate kambing enak sekali.

Sedari siang tadi sambil gowes saya memang sudah membayangkan mau makan berlauk sate dan sop kambing. Letak resto tepat berseberangan Bersama RS PKU Muhammadiyah Gombong.

Esok hari lanjut gowes. Perlu diantisipasi melihat bentangan petanya Akansegera Melewati Daerah pegunungan, Agar rolling jalannya tidak bisa dihindari dan pasti Akansegera menyita waktu dan tenaga.

Target waktu pukul 15.00-an harus sudah mencari penginapan sebab pukul 15.30 ada zoom meeting yang mesti diikuti.

Berangkat Di Gombong melewati Sumpiuh banyak berjualan dawet ireng Ke pinggir-pinggir jalan. Jalan terus mendaki melewati Wangon Ke Ajibarang.

Konstruksi jalan Di beton, bukan aspal, saya rasakan lebih berat Sebagai menggowes. Ke satu Di Sebelumnya zuhur rantai sepeda sempat putus, untung ada bengkel Kendaraan Bermotor Roda Dua Disekitar situ yang bisa bantu Sebagai mengganti sambungan rantai yang sudah saya bawa.

Maka, alhamdulillah Ke sore itu sesuai jam yang ditargetkan saya sampai Ke penginapan Citra Residence Ke Bumiayu.

Hari ketiga ini saya perhitungkan Akansegera sampai Cirebon, melewati kota-kota Di lain Slawi dan Tegal.

Ke Slawi seorang teman lama sudah Whatsapp dan juga telepon Sebagai ketemu Ke Disekitar tempat tinggalnya Ke Randualas, Slawi.

Untung sekali pagi itu pukul 09.30-an kami bisa jumpa, Sesudah Disekitar 3,5 jam gowes Di Bumiayu. Melihat Kecepatanakses tersebut saya dan kedua teman Ke Slawi perkirakan paling cepat Akansegera sampai Cirebon Ke pukul 15.00 WIB.

Perjalanan gowes pun berjalan baik. Medan sudah relatif rata, tidak rolling lagi. Kecepatanakses gowes diusahakan konsisten berkisar 20 km per jam.

Maka Ke pukul 15.00an sudah bisa masuk jalan Kanci Ke Cirebon. Masih semangat saya rencanakan Mutakhir Ke pukul 17.30-an mau cari penginapan Sebagai mengganti hari kemarin yang harus masuk Ke hotel Ke pukul 15.30, Lantaran ada zoom meeting.

Sama seperti halnya kota besar ternyata Cirebon macet juga Ke sore hari. Ada Disekitar tiga puluh menitan perjalanan gowes Karena Itu terhambat. Dan juga Karena Itu cukup menyita tenaga.

Syukurlah Ke penghujung sore hampir Maghrib bisa dicapai Plumbon, Ke ujung barat Cirebon. Tapi penginapan yang dicari Ke sepanjang jalan tidak didapat juga.

Akhirnya ada Masjid Al Jabbar yang dibangun Pemprov Jabar yang bolehkan saya menginap Ke ruang lantai bawahnya. Lahan masjid ini berkisar 2,5 Ha.

Dibangun era Gubernur Aher, sesuai penjelasan Bapak Jumadi yang bertugas membersihkan masjid dan Memiliki warung Ke pelataran halaman masjid tersebut.

Hari keempat pukul 05.00 pagi saya melihat cuaca masih gelap. Saya pasang lampu Dibelakang sepeda Sebagai menandai Di kendaraan Ke Pantura yang sudah cukup ramai dan banyak pula yang ngebut. Ke google maps jarak 235 km Sebagai sampai Jakarta. Lumayan juga.

Melakukanlangkah-Langkah konsisten mengayuh sepeda saya capai kota Indramayu Disekitar pukul 09.00 kurang. Konstruksi jalan Di beton lagi, bukan aspal. Seru.

Terik matahari tampaknya tidak bisa diajak kompromi. Panas menyengat pagi itu sangat terasa sekalipun saya sudah lebih banyak pakai sun screen Sebagai lebih menyekukkan kulit, Juga banyak minum air putih.

Pemandangan masih bagus meski lebih banyak dijumpai tambak atau sawah-sawah yang belum ditanami.

Pukul 11.00an, Disekitar lima jam saya gowes Di Plembun, Cirebon, Ke Daerah Patrol, Indramayu saya putuskan Sebagai berhenti Mengayuh Sepeda, meski belum sampai Jakarta. Maklum Akansegera Situasi tubuh dan terik matahari yang sangat menyengat.

Belum terasa memang Tanda-Tanda-Tanda-Tanda yang mengkhawatirkan seperti rasa pening, keram, dan sebagainya. Tapi saya mengukur diri Sebagai berhenti.

Sudah berjanji kepada orang-orang Tempattinggal dan para sahabat yang tahu saya Lagi gowes sendiri, Sebagai tidak memaksakan diri.

Prinsip gowes adalah Sebagai enjoy dan Keadaan. Jika sudah tidak begitu, tidak usah diteruskan. Terlalu beresiko.

Maka, sambil beristirahat Ke pertigaan Patrol menikmati Makanan ketoprak, saya mengobrol dan tanya-tanya, kendaraan bis yang bisa saya tumpangi Sebagai mencapai Jakarta.

Bisa gunakan bis “Karawang Indah” Ke pukul 11.30 Sebagai mencapai Cikarang, atau bis antar kota yang lain Ke Cileungsi.

Saya pilih yang Ke Cileungsi Bersama harapan Di situ saya bisa Sambungan lagi Ke arah Terminal Kampung Rambutan. Ternyata pilihan ini relatif lebih tepat.

Pukul 14.00an saya sampai Ke Kampung Rambutan dan gowes lagi Ke arah Jakarta Pusat Disekitar satu jam lagi Sebagai mencapai tempat tinggal.

Home sweet home. Alhamdulillah Disekitar 430 Km, ditempuh gowes soliter Di waktu tiga setengah hari.

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Cerita Gowes Soliter Ke Umur 60: Candi Borobudur-Imogiri-Jakarta